Monday, January 08, 2007

pagI inI di BRI

tiga setengah jam aku berada di sana.
satu setengah jam aku gunakan membereskan urusanku.
selebihnya aku gunakan tuk mengawasi mereka.
awalnya aku duduk di kursi depan, tapi kemudian aku pindah ke deretan belakang. aku ingin puas mengawasi mereka. mengawasi langkah yang tertatih, muka yang arif, senyum yang bijak, dan kesabaran yang tergambar jelas di muka-muka renta namun masih cerah.

aku berdoa semoga tidak ada yang memprotes keberadaanku yang mungkin paling lama di deretan kursi itu. kendati seperti orang bingung, ntah menunggu apa, tapi aku tetap bertahan. melihat mereka, mengingatkan aku akan wajah arif ayah ibuku. damai rasanya memandang muka2 itu.

ramah dan bersahabat. seorang ibu menyapaku, menjadi teman ngobrol saat dia ngantri menunggu namanya disebut. tanpa malu-malu aku bersandar di bahunya. mengelus-elus lengannya. ya, aku mencari kehangatan seorang bunda di sana. sayang semua itu tidak berlangsung lama, karena tiba2 namanya disebut. dengan senyum teduhnya dia beranjak meninggalkan aku.
diam-diam mataku basah. ibu, jika saja aku masih memilikimu. ayah jika saja aku masih bersamamu.

mereka masih berdatangan, mereka masih juga ngantri di kursi tunggu, namun aku harus beranjak. aku harus masuk kerja. kendati seperti tak rela melangkah, namun aku pergi juga.
(mereka adalah pensiunan/janda pensiun yang menerima tunjangan di bri) dan setiap mengingatmu, kuhanya bisa titikkan air mata
sekedar basahi hatiku yang gersang
yang rindu akan belaimu
namun kusadar, ta mungkin lagi ku jumpa dirimu
ketika aku pulang nanti ke rumah
ayah bunda, selaksa rindu bebani hatiku!

2 comments:

kodokijo said...

saatnya nanti akan dipertemuan orangtua, anak & cucu di akhirat nanti, percaya deh. Hanya keyakinan yg kuat membuat kita tetap tegar & melanjutkan hidup ini dengan mantab. (ajie *anak yatim juga)

asya said...

makasih ya mas ajie:)

SEPATU BOOTS DI LAHAN KOSONG